PARADIGMA, PRINSIP DAN KONSEP PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEORANG PEMIMPIN
Seorang pemimpin haruslah memberikan contoh yang baik bagi masyarakat, ataupun lingkungan dimana dia tinggal. Tidak hanya itu saja, pemimpin juga harus dapat memberikan motivasi,penyemangat serta menjadi sumber inovasi bagi masyarakat. Usulan atau kritikan bukan merupakan hal yang tidak baik bagi seorang pemimpin, namun sebagai evaluasi dan bentuk kepedulian masyarakat kepada seorang pemimpin agar mengevaluasi diri dengan harapan lebih baik. Menerima masukan, evaluasi, kritikan yang baik adalah sebuah bentuk dukungan masyarakat dan hal itu harus didukung dan diperbaiki serta dilaksanakan oleh seorang pemimpin.
Sesuai dengan apa yang menjadi dasar pemikiran dari Ki Hajar Dewantara yaitu Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Sifat dasar itu yang harus dimiliki seorang pemimpin dari jiwa dan kepribadiannya. Pemimpin dituntut untuk dapat mengayomi semua masyarakat atau semua warga sekolah (jika lingkungan disekolah), jadi semua kebijakan, keputusan yang diambil haruslah tepat. Pengambilan keputusan haruslah memilah apakah itu merupakan suatu peraturan yang tidak bisa diganggu gugat dasar hukumnya atau peraturan yang sementara atau peraturan yang tidak mengikat secara hukum. Contoh, jika suatu permasalahan yang akan diselesaikan merupakan masalah yang bertentangan dengan hukum dan itupun jelas dasar hukumnya serta tertulis dalam peraturan pemerintah, peraturan menteri, peraturan menurut UUD 1945, peraturan kepolisian tentang tertib lalu lintas, peraturan tersebut sudah jelas permasalahannya bertentangan dengan peraturan dan sudah jelas benar dan salahnya, maka dapat dengan mudah diputuskan pengambilan keputusannya. Namun jika permasalahan tersebut terkait dilema etika, maka banyak hal yang harus dipertimbangkan. Praduga tidak bersalah memang diperlukan sebelum mengambil suatu keputusan, memanusiakan manusia dan menyadari pada dasarnya manusia tidak ada yang sempurna dan menghormati setiap perbedaan bukanlah suatu hal yang negatif.
Pemimpin haruslah inovatif dalam segala hal terkait mencari informasi yang benar dengan pembicaraan coaching untuk menggali informasi atau mencari fakta fakta yang berupa informasi. Mampu berkolaborasi dengan siapapun merupakan diantara karakter yang harus dimiliki seorang pemimpin serta akan merefleksi diri tentang keputusan atau langkah yang telah diambil.
Pengambilan keputusan pastilah akan ada pengaruh terhadap warga sekolah, namun keputusan yang tidak terburu buru dengan pertimbangan pertimbangan banyak hal diantaranya:
1. melihat momennya ketika akan memutuskan suatu putusan.
2. melihat sosial emosional keadaan jiwa seseorang, sosial emosional seseorang dapat tergugah dan menjadi suatu hal buruk ketika banyaknya masalah yang dihadapi. Keputusan yang diambil seorang pimpinan jangan sampai menyinggung sosial emosional warga sekolah yang mengakibatkan adanya aksi dan reaksi. Maka dariitu keterampilan sosial sangatlah penting dimiliki oleh seorang pimpinan untuk mengetahui karakter, kondisi spikologi seseorang.
3. mengumpulkan fakta atau bukti yang berkaitan untuk menguatkan keputusan.
4. terima dan kaji masukan masukan dari seluruh warga sekolah dengan membandingkan keadaan yang sebenarnya.
Ketika pengambilan keputusan itu berdampak negatif terhadap beberapa orang atau warga sekolah, maka keterampilan coaching kita gunakan untuk memberikan pemahaman agar mereka menyadari apa yang diputuskan itu benar. Keputusan yang diambil haruslah berdampak positif, diterima semua pihak, kondusif, aman dan nyaman bagi semua warga sekolah terutama murid dengan cara:
1. keputusan yang diambil merupakan keputusan yang sepenuhnya berpihak pada warga sekolah/ khususnya murid.
2. keputusan tidak sepihak, namun mempertimbangkan saran dan masukan dari orang lain.
3. keputusan yang diambil tidak terburu buru, akan tetapi memiki bukti dan fakta yang cukup.
4. keputusan yang bertanggungjawab.
Semua keputusan yang merubah dari kebiasaan kurang baik menjadi baik sangatlah sulit apalagi sudah menjadi budaya di lingkungan sekolah, namun komunikasi, pendekatan sosial dan emosional perlu dilakukan sebelum memutuskan perubahan tersebut. Intinya kemampuan komunikasi, koordinasi, kolaborasi dan relasi sangatlah dibutuhkan bagi seorang pemimpin. Jangan sampai keputusan yang diambil nantinya akan merugikan banyak orang atau merugikan masa depan murid. Keputusan yang mengandung nilai kebajikan universal serta memaklumi adanya perbedaan itu wajar. Setiap sekolah mempunyai karakter dan permasalahan sendiri sendiri, faktornya adalah diantaranya budaya, kebiasaan, lingkungan geografis sekolah tersebut. Memilah permasalahan dengan 3 prinsip pengambilan keputusan itu perlu. Tiga prinsip tersebut adalah berfikir berbasis hasil akhir, berfikir berbasis peraturan, berfikir berbasis rasa peduli. Jika permasalahan tersebut berbenturan dengan aturan yang ada, maka dasar keputusannya adalah benar atau salah. Aturan dari pemerintah, perundang undangan, ketetapan presiden merupakan aturan yang baku dan tidak perlu kita meminta pertimbangan orang lain jika dasar hukumnya sudah ada seperti peraturan pemerintah. Paradigma dilema etika yang kerap terjadi diantaranya:
1. Individu lawan kelompok (individual vs community)
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
permasalahan dilingkungan sekolah biasanya tidak terlepas dari 4 paradigma diatas, tetapi seperti yang disampaikan diatas, seorang pemimpin harus membedakan permasalahan berdasarkan 3 prinsip. Memilah kasus itu merupakan dilema etika atau kesadaran moral itu penting. Konsep pengambilan keputusanpun sangatlah penting. Adapun konsep pengambilan keputusan antara lain:
1. Mengenali nilai-nilai yang saling
bertentangan Mengapa langkah ini penting untuk Anda lakukan? Pertama, alih-alih
langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih seksama, penting
bagi kita untuk mengidentifikasi masalah yang sedang kita hadapi. Kedua,
penting bagi kita untuk memastikan bahwa masalah yang kita hadapi memang
betulbetul berhubungan dengan aspek moral, bukan sekedar masalah yang
berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial. Tidak mudah untuk bisa
mengenali hal ini. Kalau kita terlalu berlebihan, kita bisa terjebak dalam
situasi seolah-olah kita terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita akan
mempermasalahkan kesalahan-kesalahan kecil. Sebaliknya bila kita terlalu
permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali aspek-aspek
permasalahan etika dalam masalah yang sedang kita hadapi.
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam
situasi ini. Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi yang
sedang kita hadapi, pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Bukan berarti
kalau permasalahan tersebut bukan dilema kita, maka kita menjadi tidak peduli.
Karena kalau permasalahan ini sudah menyangkut aspek moral, kita semua
seharusnya merasa terpanggil.
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan
dengan situasi ini. Proses pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data
yang lengkap dan detail; apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana
hal itu terkuak, apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan
mereka mengatakannya. Data-data tersebut penting karena dilema etika tidak
bersifat teoritis, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang
mempengaruhi situasi tersebut, sehingga data yang detail akan menjelaskan alasan
seseorang melakukan sesuatu dan bisa juga mencerminkan kepribadian seseorang
dalam situasi tersebut. Kita juga harus bisa menganalisis hal-hal apa saja yang
potensial yang bisa terjadi di waktu yang akan datang.
4. Pengujian benar atau salah
a. Uji Legal Pertanyaan penting di uji
legal ini adalah apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi itu? Bila
jawabannya adalah iya, maka situasi yang ada bukanlah antara benar lawan benar
(dilema etika), namun antara benar lawan salah (bujukan moral). Keputusan yang
harus diambil dalam situasi adalah pilihan antara mematuhi hukum atau tidak,
dan keputusan ini bukan keputusan yang berhubungan dengan moral.
b. Uji Regulasi/Standar Profesional Bila
situasi yang dihadapi adalah dilema etika, dan tidak ada aspek pelanggaran
hukum di dalamnya, mari kita uji, apakah ada pelanggaran peraturan atau kode
etik di dalamnya. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus
melindungi sumber beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang
calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak
bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan
respek sehubungan dengan profesi Anda.
c. Uji Intuisi Langkah ini mengandalkan
tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah
dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat
Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini
sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini. Walaupun mungkin
Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana.
Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat
dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.
d. Uji Publikasi Apa yang Anda akan
rasakan bila keputusan ini dipublikasikan di media cetak maupun elektronik dan
menjadi viral di media sosial. Sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi
Anda tiba-tiba menjadi konsumsi publik? Coba Anda bayangkan bila hal itu terjadi.
Bila Anda merasa tidak nyaman kemungkinan besar Anda sedang menghadapi benar
situasi benar lawan salah atau bujukan moral.
e. Uji Panutan/Idola Dalam langkah ini,
Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan
panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu
Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau
adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda. Yang
perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan
prinsip pengambilan keputusan yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir
berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang
konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam. Uji publikasi,
sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based
Thinking) yang mementingkan hasil akhir. Uji Panutan/Idola berhubungan dengan
prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), dimana ini
berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada
posisi orang lain. Bila situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah
satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan
mengambil resiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri Anda
karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan
moral yaitu benar atau salah.
5. Pengujian Paradigma Benar lawan
Benar. Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi
yang sedang Anda hadapi ini? - Individu lawan kelompok (individual vs
community) - Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) - Kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty) - Jangka pendek lawan jangka panjang (short
term vs long term) Pentingnya mengidentifikasi paradigma ini, bukan hanya
mengelompokkan permasalahan, namun membawa penajaman bahwa situasi yang Anda
hadapi betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang
samasama penting.
6. Melakukan Prinsip Resolusi Dari 3
prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai? Berpikir Berbasis Hasil
Akhir (Ends-Based Thinking) Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
7. Investigasi Opsi Trilema Dalam
mengambil keputusan, seringkali ada 2 pilihan yang bisa kita pilih. Terkadang
kita perlu mencari opsi di luar dari 2 pilihan yang sudah ada. Kita bisa
bertanya pada diri kita, apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini.
Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir
sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan
masalah. Itulah yang dinamakan investigasi opsi trilema.
8. Buat Keputusan Akhirnya kita akan
sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan
keberanian secara moral untuk melakukannya.
9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya. Perlu kita ingat bahwa 9 langkah pengambilan keputusan ini adalah panduan, bukan sebuah metode yang kaku dalam penerapannya. Pengambilan keputusan ini juga merupakan keterampilan yang harus diasah agar semakin baik. Semakin sering kita berlatih menggunakannya, kita akan semakin terampil dalam pengambilan keputusan. Hal yang penting dalam pengambilan keputusan adalah sikap yang bertanggung jawab dan mendasarkan keputusan pada nilai-nilai kebajikan universal. Artikel disarikan dari Buku “How Good People Make Tough Choices: Resolving the Dilemmas of Ethical Living, Rushworth M.Kidder, 1995, USA: HarperCollins P.
No comments:
Post a Comment